TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
1. Sejarah
Taman Nasional Tanjung Puting awalnya adalah Suaka Margasatwa Tanjung Puting yang ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tahun 1936/1937 seluas 305.000 ha untuk perlindungan orang utan (Pongo pygmaeus) dan bekantan (Nasalis larvatus). Kemudian, pada tahun 1984 kawasan tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 096/Kpts-II/84 tanggal 12 Mei 1984. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 45/kpts/IV-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984 wilayah kerja Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan meliputi areal Suaka Margasatwa Tanjung Puting dengan luas kawasan 300.040 ha.
Pada tahun 1996, melalui SK Menteri Kehutanan No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung Puting bertambah menjadi 415.040 ha yang terdiri atas Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040 ha, hutan produksi 90.000 ha (ex. PT Hesubazah), dan kawasan daerah perairan sekitar 25.000 ha.
Taman Nasional Tanjung Puting di kelola oleh Balai Taman Nasional Tanjung Puting, sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan
2. Potensi
Adapun daya tarik wisata yang ada di daya tarik wisata Taman nasional tanjung puting yang meliputi yaitu:
a. Tanjung harapan
Tanjung Harapan adalah satu dari tiga tempat pelepasan orangutan ke alam liarnya di Taman Nasional Tanjung Puting. Tempat lainnya adalah Pondok Tanggui dan Camp Leakey. Hampir seluruh orangutan di lokasi ini merupakan orangutan hasil rehabilitasi yang dilepas ke alam liarnya, dan juga keturunannya. Saat ini, tak ada orangutan baru yang dilepaskan ke tiga tempat pelepasan tersebut karena sudah penuh dan di lokasi ini ada banyak koloni orangutan liar. Dikhawatirkan pelepasan orangutan ke kawasan ini akan membawa penyakit atau membuat kompetisi yang tidak sehat dengan orangutan liar. Saat ini orangutan yang lulus proses rehabilitasi dilepaskan ke Cagar Alam Lamandau, di sebelah barat Pangkalan Bun.
b. Camp Leakey
Camp Leakey merupakan pusat rehabilitasi orang utan yang berdiri di atas lahan seluas 45.907 Ha. Camp Leakey awalnya merupakan lokasi penelitian mahasiswa yang berasal dari Universitas Colombia, Los Angeles yang bernama Birute MF. Galdikas. Penelitian tersebut didukung oleh Direktorat Perlindungan Pelestarian Alam yang saat ini di sebut Ditjen PHKA. Nama Leakey sendiri di ambil dari pembimbing penelitian beliau pada saat itu yang bernama Prof. Louis Leakey.
Saat ini pihak balai TNTP bekerja sama dengan Orangutan Foundation Internasional di areal Camp Leakey mempunyai tugas merehabilitasi dan memantau perilaku orangutan hasil sitaan warga untuk dapat kembali diliarkan. Para orangutan sitaan ini diharapkan dapat kembali hidup liar di habitat asli mereka.
c. Pondok Tanggui
Pada awalnya, PondokTanggui muda daerah rehabilitasi orangutan yang telah siap untuk bebas, tetapi hanya menjadi sebagai ekowisata dan penelitian orangutan. Setiap 09:00, selalu ada makan kegiatan untuk mantan rehabilitan orangutan.
PondokTanggui didirikan sebagai zona manfaat khusus. Bedanya dengan TanjungHarapan (zona manfaat intensif) adalah intensitas kegiatan wisata. Selain itu, fasilitas buatan yang dibangun juga lebih terbatas daripada zona manfaat intensif.
d. Pesalat
Pesalat daerah Reboisasi ini adalah area dalam zona Reboisasi khusus yang secara khusus ditetapkan untuk program reboisasi. Di sini, pengunjung di beri tanaman dan mengadopsi bibit pohon sudah disediakan dan akan di tepel papan nama mereka akan diletakkan di depan pohon setiap pengunjung yang melakukan penanaman pohon di daerah ini. Pesalat juga pusat pendidikan konservasi dan camping ground. (20 menit dari tanjung Harapan Dengan Perahu).
Sealain tempat untuk reboisasi pesalat juga merupakan tempat pembuatan souvenir khas taman nasional tanjung putting, adapun anjuran untuk wisatawan secara sukrelawan untuk menanamkan bibit pohon setiap berkunjung ke objek wisata ini.
To ensure the safest consumption and to avail maximum results from the drug intake you should stick to your doctor’s advice for the consumption measure. buy viagra for women cialis generika After you’ve been cleared by your doctor for the full course of treatment. Reduced glutathione or glyceraldehyde phosphate cheapest price viagra dehydrogenase cofactor, and is the coenzyme of the glyoxal enzymes triose phosphate dehydrogenase. This vardenafil sale will neglect the symptoms of ED. 3. Ekosistem
Taman Nasional ini memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu hutan tropika dataran rendah, hutan tanah kering (hutan kerangas), hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau atau mangrove, hutan pantai, dan hutan sekunder.
4. Flora
Jenis-jenis tumbuhan lain yang dapat ditemui di TNTP adalah meranti (Shorea sp.), ramin (Gonystylus bancanus), jelutung (Dyera costulata), gaharu, [[kayu lanan, keruing (Dipterocarpus sp), ulin (Eusideroxylon zwageri), tengkawang (Dracomentelas sp.), Dacrydium, Lithocarpus, Castonopsis, Schiima, Hopea, Melaleuca, Dyospyros, Beckia, Jackia, Licuala, Vatica, Tetramerista, Palaquium, Campnosperma, Casuarina, Ganoa, Mesua, Dactylocladus, Astonia, Durio, Eugenia, Calophyllum, Pandanus, Imperata cylindrica, Crinum sp., Sonneratia, Rhizophora, Barringtonia, Nipah (Nypa fruticans), Podocarpus, dan Scaevola. Sementara untuk tumbuhan lapisan bawah hutan terdiri dari jenis-jenis rotan dan permudaan/anakan pohon.
5. Fauna
a. Mamalia
Kawasan TNTP dihuni oleh sekitar 38 jenis mamalia. Tujuh di antaranya adalah primata yang cukup dikenal dan dilindungi seperti orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates agilis), dan beruang madu (Helarctos malayanus). Jenis-jenis mamalia besar seperti rusa sambar, kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus), dan [[babi hutan (Sus barbatus) dapat dijumpai di kawasan ini. Bahkan, beberapa jenis mamalia air seperti duyung (Dugong dugong) dan lumba-lumba dilaporkan pernah terlihat di perairan sekitar kawasan TNTP.
b. Reptilia
Beberapa jenis reptil dapat ditemukan di kawasan TNTP, termasuk di antaranya buaya sinyong supit (Tomistoma schlegel), buaya muara (Crocodilus porosus), dan Labi-labi (Trionyx cartilagenous).
c. Burung
Tercatat lebih dari 200 jenis burung yang hidup di kawasan TNTP. Salah satu jenis burung yang ada di kawasan ini, yaitu sindang lawe (Ciconia stormii) termasuk 20 jenis burung terlangka di dunia. Tanjung Puting juga merupakan salah satu tempat untuk semua jenis koloni jenis burung “great alba” seperti Egreta alba, Arhinga melanogaster, dan Ardea purpurea.
By. Riad Al Hamdani
(14. 61. 1011)
Angkatan 17A
